Aksara Bima, Bukti Literasi Masyarakat Dana Mbojo

Aksara Bima, Bukti Literasi Masyarakat Dana Mbojo

By. Faisal, S.Pd

 

           Sejak abad 15, aksara Nusantara berkembang pesat ditandai dengan beragamnya aksara untuk menuliskan berbagai bahasa daerah  Bima sebagai salah satu kerajaan yang tumbuh dan berkembang pesat di Indonesia bagian timur, memiliki aksara tersendiri yang dikenal dengan Aksara Bima. Aksara Bima peranannya mulai tergeser oleh abjad Arab dan alfabet Latin. Aksara Bima mengalami penurunan pada masa pemerintahan Sultan Bima II yang bernama Sultan Abdil Khair Sirajuddin (1640-1682).

          Aksara Bima sendiri  menurut Munawar dkk. (2021), terdiri dari dua versi. Versi pertama adalah versi Raffles yang berbentuk lengkung, dan versi kedua adalah versi Zolinger yabg berbentuk garis-garis. Akasara Bima versi Raffles sudah tidak terpakai lagi karena sudah punah dan tidak ditemukan di naskah Bo Samparaja. Sedangkan aksara Bima yang sekarang dipelajari di sekolah dasar dan menengah di Bima dan Dompu  adalah aksara Bima versi Zolinger.

            Aksara Bima secara garis besar memiliki persamaan dengan aksara-aksara di daerah lain seperti aksara Lontara Bugis, Satera Jontal Sumbawa, dan Lota Ende Flores. Walau pun juga terdapat perbedaan aksara Bima, aksara Lontara Bugis, Satera Jontal Sumbawa, dan Lota Ende Flores termasuk dalam bagian aksara lontara. Kemiripan ini barangkali karena letak geografis Bima, Sumbawa, Bugis, dan Ende yang berdekatan dan terjadinya komunikasi intens pada jaman dahulu lewat jalur perdagangan dan politik. Berikut Aksara Bima yang sudah dibuatkan dalam bentuk font komputer oleh Ridwan Maulana.

Sumber: https://aksaradinusantara.com/fonta/aksara/mbojo

          Naskah kuno yang ditulis menggunakan aksara Bima masih banyak dijumpai di Museum Samparaja Kota Bima. ini menunjukkan bahwa penggunaan aksara Bima sudah umum dilingkungan Kesultanan Bima. Salah satu naskah yang bisa ditemui adalah naskah Parkara Sambeya atau Perkara Sembahyang. Naskah Parkara Sambeya kepunyaan sultan pertama  Bima, Abdul Kahir yang bergelar Ruma ta ma Mbata Wadu. Naskah Parkara Sambeya disalin ulang oleh Guru LebeSape, yang bernama Idris. Naskah ini membahas tentang aspek shalat dan akidah.


Pembinaan Aksara Bima di SMPN 1 Kota Bima

        Keberadaan naskah kuno yang menggunakan aksra Bima patut kita lestarikan keberadaannnya. Salah satu caranya adalah dengan mengajarkan aksara Bima di sekolah-sekolah dan mayarakat umum. Penggunaan aksara Bima dalam penulisan nama jalan dan perkantoran di Kotaa Bima, juga menjadi langkah lain dalam upaya pelestarian aksara Bima. Semoga aksara Bima menjadi bgian dari upaya kita mencintai daerah Bima, Dana Ma Mbari.