Guru SMPN 1 Kota Bima Ajarkan Berpikir Komputasional dan Literasi Digital Melalui Pendekatan Pembelajaran Mendalam
Kota Bima, 8 Oktober 2025 – Di tengah era digital yang semakin maju, SMP Negeri 1 Kota Bima menggelar sesi pembelajaran inovatif untuk mata pelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA). Pada Sesi Ke-1 Topik 1, guru Muhammad Iqbal memimpin kelas dengan fokus pada Berpikir Komputasional dan Literasi Digital, menggunakan pendekatan Pembelajaran Mendalam (Deep Learning Approach) pada Fase D. Kegiatan ini bertujuan membekali siswa dengan keterampilan esensial untuk menyelesaikan masalah secara sistematis serta menggunakan teknologi secara aman.
Kegiatan yang direkam dalam video berdurasi sekitar 10 menit ini dimulai dengan pembukaan yang hangat. Pada pukul 10:55 WIB, Muhammad Iqbal membuka sesi dengan salam dan doa bersama, "Bismillahirrahmanirrahim. Allahumma salli 'ala Muhammad..." untuk menanamkan kebiasaan berdoa sebelum belajar. Hal ini bertujuan agar siswa terbiasa dengan rutinitas spiritual dalam setiap aktivitas pendidikan.
Selanjutnya, guru melakukan absensi untuk memastikan kehadiran siswa, yang tidak hanya memantau kehadiran rutin, tetapi juga mendukung pengelolaan disiplin, evaluasi keterlibatan siswa, serta menjadi dasar penilaian akademik. "Absensi membantu kita memantau tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar," ujar Muhammad Iqbal dalam video tersebut.
Pada inti pembelajaran, guru menjelaskan tujuan utama: siswa memahami konsep dasar berpikir komputasional—seperti dekomposisi (memecah masalah menjadi bagian kecil), pengenalan pola, abstraksi (menyaring informasi penting), dan algoritma (langkah-langkah penyelesaian)—serta mampu menggunakan perangkat digital secara bertanggung jawab. Materi literasi digital mencakup pengenalan perangkat, etika digital, dan keamanan daring, termasuk menjaga privasi seperti penggunaan OTP dan 2FA.
Untuk membangkitkan minat, Muhammad Iqbal mengajukan pertanyaan pembuka: "Apa yang kalian lakukan saat mencari solusi untuk masalah sehari-hari, seperti merencanakan pembelian buah?" Jawaban siswa menjadi pintu masuk diskusi. Guru kemudian memutar video pendek berdurasi 3 menit 12 detik yang mengilustrasikan empat metode berpikir komputasional, dibagikan via WhatsApp dan diproyeksikan untuk memudahkan pemahaman.
Klimaks kegiatan adalah tugas kelompok berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibagikan ke kelompok beranggotakan 4-6 orang. Siswa diminta menerapkan konsep-konsep tersebut pada soal sederhana, seperti mengurutkan kata secara alfabetis: "mango, apple, orange, banana". Guru memberikan contoh solusi lengkap: mulai dari dekomposisi (memisahkan kata-kata), pengenalan pola (membandingkan huruf awal A, O, M, B), abstraksi (fokus pada huruf awal saja, abaikan makna kata), hingga algoritma (langkah bandingkan dan susun dari A ke Z, menghasilkan: apple, orange, mango, banana).
"Saya memandu diskusi kelompok untuk memastikan siswa menerapkan langkah-langkah ini secara sistematis," tambah Muhammad Iqbal, sambil memantau aktivitas agar jawaban orisinal dan kolaboratif. Pendekatan ini tidak hanya melatih pemecahan masalah, tetapi juga etika digital untuk menghindari risiko seperti pelanggaran privasi.
Kegiatan ini bagian dari elemen kurikulum KKA yang lebih luas, mencakup literasi etika AI, pengembangan AI, algoritma pemrograman, dan analisis data. Video implementasi real teaching ini, yang diunggah di kanal YouTube Muhammad Iqbal, telah ditonton sebanyak 21 kali sejak diunggah hari ini. Inisiatif ini diharapkan menjadi model bagi sekolah lain di Kota Bima untuk mengintegrasikan teknologi dalam pendidikan sehari-hari.
Kepala Sekolah SMPN 1 Kota Bima menyambut baik program ini, menyatakan bahwa "Pembelajaran seperti ini mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan digital masa depan." Para siswa pun terlihat antusias, dengan satu siswa berkomentar, "Sekarang saya paham cara memecah masalah rumit jadi mudah!
(Muhammad Iqbal, S.E)