Kelas 9.1 SMPN 1 Kota Bima Laksanakan Uji Penerapan Teks Prosedur

Kota Bima, Spensa.- Setelah peserta didik menguasai teori dan simulasi materi teks prosedur mulai dari materi mengubah teks cerita pendek menjadi teks prosedur sampai pada simulasi prosedur melakukan sesuatu, maka sejak hari Senin (09/09/2024) peserta didik kelas 9.1 dan 9.2 mengikuti ujian penerapan keterampilan prosedur membuat sesuatu. Gurunya memberikan syarat kepada siswanya untuk memilih tema praktek prosedur yang mudah dilaksanakan, dengan menggunakan waktu 2x40 menit, komunikatif, kreatif, biaya murah dan dilakukan secara kelompok dengan tingkat kolaboratif yang sangat tinggi. 

Untuk memenuhi kriteria tersebut, seluruh peserta didik kelas 9.1 lebih memilih praktek prosedur membuat mie goreng di sekolah. Maka mereka dibagi dalam 2 kelompok dari 33 orang siswa. 

Untuk memenuhi kriteria komunikatif, mereka membangun diskusi/musyawarah tentang biaya, alat dan bahan serta waktu dan tempatnya. Dalam musyawarah tersebut, diputuskan tema ujian praktek penerapan prosedur adalah Cara membuat Mie Goreng yang Garing. 

Agar praktek tersebut dapat berjalan dengan lancar, disepakati alat yang dibutuhkan adalah 1 unit kompor gas portable, tabung gas mini 2, baskom, sendok, gunting, wajan, panci, saringan, piring, kertas nasi. Mereka juga sepakati bahan yang dibutuhkan masing-masing anggota membawa satu bungkus mie goreng instan,  masing-masing 1 biji telur ayam, daun selada 3 ikat, minyak goreng, sosis, dan air  mineral. Bumbu bagaimana? Tanya salah seorang anggota kelompok. Spontan dijawab oleh salah seorang siswi bahwa tidak perlu bumbu lagi karena setiap satu bungkus mie sudah ada di dalamnya bumbu lengkap dengan garam dan lomboknya. 

Dua kelompok itu tersebut bekerja dengan cekatan, diawasi oleh gurunya. Putra dan putri berkolaborasi menyediakan peralatan, ada yang memasang gas, mengambil air mineral, mengambil panci, menggunting pembungkus mie, menyiapkan piring dengan menderetnya di atas meja, ada yang memasukkan kertas  nasi di atas piring, sebagiannya lagi meletakkan masing-masing 1 sendok makan di atas piring. Sebagiannya lagi ada yang menuangkan minyak goreng ke wajan, menggoreng telor, membuat telur dadar,  dan sebagiannya. Ada yang mencuci bersih daun selada, dan memotong daun selada untuk dibagi-bagi ke setiap piring. Tampaklah piring itu dihiasi daun hijau segar di pinggirnya menunggu diisikan mie yang sedang diproses masak. 

Kolaboratif yang sempurna, yang terbangun dengan baik dan suasana kelas yang tenang tanpa bunyi peralatan dan suara bagai diredam. Dari waktu yang disiapkan hanya 2x40 menit, mereka gunakan hanya 70 menit, semua proses dilaksanakan dengan tuntas. Kemudian setiap kelompok menyajikan mie goreng dengan membagikan mie dari panci ke 33 piring. Setiap piring tersaji mie goreng, sosis goreng, telur goreng, irisan tomat merah, dan daun selada. 

Kemudian mereka mengatur posisi duduk, ada yang memilih melantai dan ada yang memilih duduk di kursi dengan tertib dan teratur dengan menikmati hidangan buatan sendiri yang sehat, higines dan dijamin tidak tercemar. Praktek Uji Kompetensi menguasai prosedur sesuatu sukses. 

Dalam dua minggu di awal September ini, mereka sudah mengikuti uji kemampuan prosedur membuat poster, prosedur mengubah cerpen menjadi teks prosedur, dan prosedur membuat sesuatu (mie goreng dan es the). Untuk pertemuan tatap muka berikutnya, gurunya sudah memberikan gambaran tema baru yaitu Prosedur Melaksanakan Wawancara. Tentu saja, teori tentang wawancara harus dipraktekkan dan diuji kemampuannya dalam menguasai cara mewawancarai seseorang. 

Guru Bahasa Indonesia kelas 9.1-9.4 SMP Negeri 1 Kota Bima, Arqam Nur Islam mengharapkan apa yang telah mereka kuasai, yang mereka alami dan merasakan dalam penerapan teks prosedur dapat bermanfaat untuk masa depan mereka terutama dalam rangka membangun kemampuan generasi muda untuk menguasai ekonomi kreatif. Dikatakannya, mengajar dan mendidik adalah dua wajah dalam satu koin. Keduanya harus sejalan dan seirama, senada, sehingga setiap siswa tidak melupakan apa yang telah mereka rasakan.

“Setiap siswa itu bisa saja melupakan apa yang telah diucapkan atau dikatakan oleh gurunya. Tetapi tidak seorang pun siswa dapat melupakan apa yang telah mereka rasakan. Oleh karena itu, kita sebagai guru berikan materi dan teori, kemudian ajak murid untuk melaksanakan, menerapkannya, mempraktekkannya sehingga mereka dapat merasakan dengan baik dan benar. Dengan cara itu, setiap murid tidak akan pernah melupakannya. Dalam setiap praktek atau uji praktek penerapan ilmu yang diajarkan, guru tidak boleh mengambil manfaat sedikit pun. Manfaat itu harus difokuskan kepada peserta didik, karena apayang dilakukan di sekolah itu, sesungguhnya berasal dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa. Guru cukup mengajarkan ilmunya, membangun inovatifnya, mengajarkan kolaborasi yang kuat dan memantik kreatifitas dan inovasi siswanya dengan energy pemantik yang nyala dan kobarannya yang kuat,” kata Arqam. (humas)