Semester Genap Jenjang Kelas 9 SMPN 1 Kota Bima Selesaikan Tugas Literasi di Perpustakaan
Kota Bima, Spensa.- Peserta didik jenjang kelas 9 SMP Negeri 1 Kota Bima khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia lebih banyak menyelesaikan tugas dan kegiatan literasinya di perpustakaan sekolah. Hal itu dilakukan untuk menanamkan kebiasaan peserta didik membaca buku. Di samping itu, juga dimaksudkan agar peserta didik dapat memahami dan mengenal unsur-unsur buku baik buku fiksi maupun nonfiksi di samping untuk menambah wawasan peserta didik terhadap informasi dari topic yang dibaca.
Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Kota Bima, Arqam Nur Islam mengatakan bahwa generasi remaja saat ini hidupnya sangat jauh dari buku. Mereka sulit untuk diajak membaca buku-buku non-fiksi maupun fiksi. Kehidupan remaja sekarang lebih memilih dekat dengan alat teknologi komunikasi seperti handphone android dan computer. Akibatnya, tingkat minat baca siswa sangat rendah, terutama minat baca terhadap buku cetak.
Ia berharap, dengan menggunakan metode penugasan untuk mencari sumber-sumber kepustakaan dalam menyelesaikan tugas ‘laporan literasi’, siswa dapat lebih serius dan terbiasa untuk membaca buku, memahami unsur dan isi buku serta terbangun kebiasaannya untuk lebih dekat dengan buku.
“Metode literasi berkunjung keperpustakaan ini, merupakan salah satu pendekatan yang sangat tepat untuk digunakan oleh guru dalam rangka siswa menyelesaikan tugas resensi, tugas menghimpun informasi tentang sesuatu, dan tugas-tugas literasi lainnya. Untuk mempertahankan, merawat dan memelihara perbendaharaan kosakata dan ilmu pengetahuan yang sudah ada dalam memori mental (ensiklopedi mental), seseorang itu harus tetap membaca setiap hari selama 2 jam. Sedangkan untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan, setiap orang harus membaca selama 4 jam per hari. Jadi, Anda bisa membayangkan betapa krisisnya mental seseorang dari ilmu dan wawasan ketika mereka tidak selalu meng-upgrade informasi terbaru dalam hidupnya sehari-hari. Mereka yang enggan membaca, enggan mengikuti informasi dan perkembangan terkini tentu sulit berkembang dan cenderung tidak mampu menyesuaikan diri dengan era kemajuan teknologi dan informasi sekarang,” ujarnya kepada humas.
Katakanlah, seorang guru pengampu mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), hanya mengajarkan teori-teori praktis terkait dengan penggunaan perangkat lunak dan perangkat kasar tentang sebuah computer dan tidak memacu materi pembelajaran pada pengenalan aplikasi, perancangan aplikasi, dan cara penggunaan berbagai aplikasi yang dioperasikan di dunia usaha dan dunia industry, maka dengan sendirinya peserta didik tersebut hanya wukuf pada maqam perangkat lunak dan perangkat kerasnya terutama pada fungsi dan manfaatnya.
“Sementara di kota-kota besar di negara kita, anak SD dan SMP sudah mulai menjadi pelaku pembobolan situs. Ada yang sudah mampu merancang gambar dan RAB bangunan ala arsitektur dengan menggunakan program-program yang ada dalam computer. Tentu saja, terjadinya kesenjangan seperti itu terutama dalam dunia pendidikan di daerah-daerah kecil karena siswanya melek baca, jauh dari buku, dan pendekatan yang digunakan oleh gurunya masih pendekatan tradisonal seperti ceramah, tugas diselesaikan melalui LKS dan sejenisnya. Coba diubah paradigmanya (cara pandang mengajarnya), yaitu star dari silabus (yang direvisi), kemudian rancang modul ajar/RPP-nya yang berbasis literasi untuk mendapatkan ilmu/teori kemudian laksanakan prakteknya. Pasti hasilnya beda dan perbedaan itu sangat jauh,” paparnya. (humas)