Murid Anda Rendah Minat Belajarnya? Ternyata Ini Penyebabnya

Kota Bima, Spensa.- Tidak sedikit guru yang curhat kepada rekan kerjanya tentang motivasi murid dalam belajar semakin rendah. Mereka mengatakan, minat belajar peserta didik akhir-akhir ini merosot. Mereka lebih cenderung bermain, membolos, berkumpul di kantin, dan menendang bola di lapangan upacara. 

Menyikapi keluhan guru-guru di atas, Humas SMP Negeri 1 Kota Bima, menjelaskan bahwa motivasi (semangat) dan minat merupakan saudara kembar dalam jiwa setiap orang. Kedua potensi penting itu harus dipicu baru bisa menyala. Untuk menyalakan dua potensi besar tersebut, Guru harus menguasai ‘teori pemantik’ seperti pemantik api pada korek api. 

Dalam teori tersebut, sebuah korek api akan menyala jika terjadi gesekan yang benar dan tepat pada kepala korek api, yaitu menggesekkan kepala korek api kepada lapisan fosfor yang ada di sisi kiri dan sisi kanan kotak korek api. Yang menjadi pemantiknya adalah guru. Guru menggesekan kepala korek api pada lapisan fosfor kotak korek api. Ketika terjadi gesekan pada lapisan fosfor yang ada pada kepala korek api dan yang ada pada sisi kotak korek api, maka gesekan itu akan menimbulkan percikan api, dan hasilnya kepala kepala korek api akan menyala. 

Guru harus bisa memainkan peran dan fugsinya seperti itu, yaitu sebagai pelaku atau pemantik yang mampu menyalakan semangat dan minat belajar peserta didik. Materi ajar, strategi mengajar, penampilan guru, pengelolaan kelasnya harus mampu menimbulkan  gesekan yang tepat sehingga setiap sentuhan gesekan itu mampu menjadi pemantik yang dapat membangkitkan semangat, gairah belajar dan minat belajar siswa. Hasilnya, prestasi belajar siswa meningkat secara signifikan dan gurunya selalu ditunggu dan dicari oleh peserta didik. 

Menyinggung masalah rendahnya minat belajar siswa, humas Spensa mengatakan bahwa semua pakar pendidikan sepakat dalam satu simpulan bahwa penyebab masalah rendahnya minat belajar siswa menurut peneliti disebabkan oleh 2 faktor, yakni cara menyajikan materi pelajaran yang disampaikan kurang menarik dan kurangnya kreativitas dan inovasi guru dalam mengelola kelas. Artinya, sumber masalah tersebut adalah berasal dari guru.

Memang harus diakui, bahwa dalam perkembangan teknologi informatika sekarang yang sangat maju, muncul penyebab lainnya. Tetapi kalau ditelusuri sampai pada akar masalahnya, seluruh penyebab lainnya itu dapat dikategorikan sebagai penyebab sekunder yang bersumber dari dua factor di atas yaitu masalah rendahnya kualitas manajemen mengajar guru dan manajemen pengelolaan kelas.  Adapun beberapa factor sekunder tersebut antara lain :

1.Siswanya menjadi korban bullying atau terlibat di dalamnya

2.Siswa berada pada kelas yang kacau dan guru yang buruk. seharusnya menjadi teladan bagi siswa. Tetapi ada beberapa guru yang masih memegang prinsip kekerasan untuk menghukum anak. Kekerasan mendorong anak secara tidak langsung untuk tidak belajar.

3.Ketakutan yang dibuat guru yang kiler membuat anak sulit untuk fokus dan konsentarsi ketika belajar. Selain guru yang menggunakan cara kekerasan, guru yang tidak kompeten dan memiliki cara belajar yang membosankan juga mempengaruhi minat belajar siswa.

4.Materi pelajaran yang terlalu sulit atau terlalu mudah. Menurut Lev Vygotsky seorang psikolog yang dikenal dalam bidang psikologi anak dan merumuskan konsep "zone ofproximal development", yang artinya, materi yang terlalu sulit maupun terlalu mudah untuk anak dapat membuat anak kehilangan minat belajarnya.

5.Mengalami gangguan belajar (memiliki minat belajar yang rendah dikarenakan memiliki gangguan dalam belajarnya, seperti, disleksia, diskalkulia, atau disgrafia.

6.Terganggu oleh gadget dan terlalu banyak main game

7.Mengalami ketakutan pada ujian dan kecewa pada hasilnya

8.Penghargaan dan pengakuan yang tidak menarik dari guru dan mungkin juga dari orangtuanya, bahkan justru mengecewakan peserta didik. (humas)