ARQAM: Setiap Guru Wajib Bantu Siswa yang Alami Kesulitan Belajar

Arqam: Setiap Guru Wajib Bantu Siswa  yang Alami Kesulitan Belajar

Kota Bima, Spensa.- Wakil Kepala SMP Negeri 1 Kota Bima, Arqam Nur Islam  menegaskan bahwa setiap guru atau pendidik memiliki kewajiban yang sama untuk membantu setiap muridnya yang sedang mengalami kesulitan belajar. Bantuan yang diberikan itu bisa berupa bimbingan khusus yaitu bimbingan langsung yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan, bisa juga guru yang bersangkutan merekomendasikan siswa tersebut untuk ditangani dan dibimbing oleh ahlinya yang lebih kompeten seperti guru Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah itu. Merekomendasikan pembimbingan kepada ahlinya atau guru yang lebih ahli untuk menyelesaikan kesulitan belajar siswa tersebut hanya boleh dilakukan kalau guru yang bersangkutan merasa tidak mampu lagi untuk menyelesaikan masalah siswa tersebut melalui tangannya sendiri,” tegas Arqam Nur Islam dalam bincang-bincangnya dengan sejumlah guru di SMP Negeri 1 Kota Bima, Senin (14/8/2023) pagi.

Menurutnya, terdapat 6 tahap dalam prosedur pembimbingan terhadap siswa yang mengalami masalah kesulitan belajarnya. Enam tahap itu, tambahnya, yaitu tahap identifikasi kasus, identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, remedial  atau referral (alih tangani kasus), dan terakhir tahap evaluasi dan follow up. “Enam tahap dalam prosedur menangani masalah kesulitan belajar siswa wajib dihafal, dipahami, dan diikuti oleh guru untuk mendapatkan data yang benar-benar valid,” ujarnya.

Tahapan tersebut telah teruji validitas dan akuratnya sebagai prosedur standar dalam menyelesaikan masalah kesulitan belajar siswa. Berkenaan dengan tahap terakhir, yaitu evaluasi dan follow up, maka terdapat 3 kriteria yang muncul sebagai tanda bahwa pembimbingan itu berhasil. Tiga tanda itu akan muncul pada keadaan diri siswanya, yaitu pertama, berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan masalah yan dibahas, kedua: terdapat perasaan positif yang dirasakan oleh siswa sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan bimbingan, dan terakhir ketiga: ada rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan sebagai upaya lebih lanjut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya, paparnya diamini oleh rekannya sesama guru.

Oleh karena itu, kata Arqam yang juga mantan dosen STKIP Bima ini, bahwa untuk tahap pertama, yaitu identifikasi kasus, ada 6 pendekatan yang perlu dilakukan oleh guru untuk mendeteksi siswa yang diduga membutuhkan bantuan layanan bimbingan belajar. Enam pendekatan itu seperti pertama, guru harus melakukan wawancara dengan cara memanggil semua siswa satu persatu secara bergiliran, sehingga dengan cara itu akan ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan belajar. Kedua, guru harus menciptakan suasana hubungan yang baik, penuh keakraban dengan siswa, sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Membangun hubungan baik sangatlah mudah yang tidak hanya terbatas pada saat jam tatap muka, melainkan bisa juga dalam kegiatan ekstra, kegiatan rekreasi, pada saat duduk ngopi di kantin, pada saat selesai shalat zuhur berjamaah di masjid sekolah,  atau kegiatan informal lainnya.  Ketiga, guru perlu menciptakan dan membangun suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa tentang masalah siswa itu, masalah hasil suatu tes yang diperoleh siswa itu, tentang cara siswa itu belajar dan tentang cara teman-teman siswa itu belajar sehingga mereka bisa mudah memahami dan mendapatkan nilai yang tinggi. Sehingga siswa ini mau belajar menurut cara dirinya belajar ataukah mau belajar menurut cara teman-temannya itu belajar. Keempat, guru wajib melakukan analisis terhadap hasil belajar  siswa. Sehingga dengan adanya analisis ini, dapat diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa pada setiap materi yang dibahas. Dan yang terakhir adalah Guru harus mau melakukan  analisis sosiometris. Cara ini sebenarnya sangat membantu guru untuk mengetahui dan untuk menemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial dalam bergaul, kesulitan bersosialisasi diri, dan kesulitan beradaptasi dengan lingkungannya di sekolah. Ketika tidak diketahui adanya siswa yang bermasalah pada sosiokomunikasinya, maka akan sangat berpengaruh pada tingkat dan jenis kesulitan belajar mereka dalam kelas.

Tahap kedua, ujarnya, yaitu tahap identifikasi masalah. Langkah ini penting untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi oleh siswa. Tahap ketiga, yaitu diagnosis yaitu tahap untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau akar permasalahan  yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Tahap keempat yaitu prognosis, tahap ini penting dilakukan untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa tersebut cukup diselesaikan dan ditangani sendiri oleh guru yang bersangkutan ataukah perlu dilakukan konferensi kasus dengan menghadirkan pihak-pihak yang ahli dan  yang lebih kompeten dalam masalah yang dihadapi oleh siswa tersebut. Pihak-pihak yang ahli pasti ada dalam sekolah itu, karena dalam sekolah itu banyak sarjana dengan latar belakang yang berbeda. Minta pandangan mereka, minta saran mereka. Kemudian tahap kelima yaitu remedial atau referal , tahap untuk menentukan status jenis, sifat dan sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih berada dalam kesanggupan guru yang bersangkutan, ataukah perlu dialih tangan untuk menyelesaikannya melalui rekomendasi dan tindak lanjut kepada yang lebih kompeten seperti kepada petugas BK misalnya, paparnya. (humas)