SMP Negeri 1 Kota Bima: Pengamatan dan Berlajar Kelompok Paling Diminati

Kota Bima, Spensa. Tidak semua pendekatan pembelajaran diminati siswa. Tidak semua metode dan strategi disukai oleh peserta didik. Hal itu tampaknya senada dengan apa yang terjadi dalamproses pembelajaran di SMP Negeri 1 Kota Bima. Pantauan humas dalam semester ganjil tahun pelajaran 2023-2024, tampak ada beberapa perbedaan antusiasme warga belajar pada beberapa ruang belajar. Guru yang masih menerapkan pendekatan ceramah dalam menyampaikan materi ajarnya selalu berhadapan dengan dengan siswa yang tampak mengantuk, meminga izin untuk ke kantin atau alas an ke toilet, dan kadang ada beberapa siswa yang cenderung mengganggu temannya. 

Tetapi ada beberapa ruang kelas yang gurunya menerapkan pendekatan pengamatan, praktek IPA, dan menyelesaikan kegiatan secara berkelompok justru suasana belajarnya seru, antusias dan nyaris siswanya tidak ada yang berkeliaran di luar kelas. Bahkan tampak para anggota kelompok tersebut duduk melantai untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diterima dari gurunya. Kemampuan mereka untuk menyelesaikan tugas dalam pendekatan kerja kelompok lebih cepat dan bagus dibandingkan dengan mereka lakukan secara mandiri. 

Foto : Siswa-siswi SMP Negeri 1 Kota Bima sedang melakukan pengamatan dan berlajar kelompok paling diminati. 20/10/2023 (doc.humas)

Hal itu terjadi, ketika mereka duduk berkelompok melingkar, mereka bebas untuk saling bertanya dan saling bertukar pikiran untuk menemukan jalan keluar dari masalah yang sedang mereka kerjakan. Sedangkan proses pembelajaran yang diselenggarakan dengan pendekatan ceramah, satu arah, bersumber dari, cenderung siswanya mengantuk, bosan, dan bahkan ruang kelasnya menjadi gaduh. 

Itulah barangkali sekarang perlunya kurikulum berubah menjadi kurikulum Merdeka Mengajar dan Merdeka Belajar, di mana proses pembelajaran harus berpusat kepada siswa dan mengikuti cara belajar bagaimana siswa itu belajar, dan mengikuti cara berpikir bagaimana siswa itu berpikir dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Memang, memaksakan murid untuk mengikuti seperti apa yang diinginkan gurunya berarti murid harus menjadi seperti gurunya, padahal murid itu tidaklah lahir di waktu gurunya lahir. Mereka lahir dan tumbuh berbeda zaman dan berbeda latar belakang perkembangannya. (humas)