Pembinaan Karakter, Muhammad Said: “Memilih jadi Pendosa atau Mulia?”

Kota Bima, Spensa.- pelaksanaan kegiatan pembinaan keimanan dan ketaqwaan terhadap seluruh warga SMP Negeri 1 Kota Bima, Jumat (20/10/2023) yang dipusatkan di Masjid Nurul Ilmi dihadiri oleh seribuan murid dan guru serta pegawai tata usaha.  Acara rutin yang dilaksanakan setiap Jumat itu sengaja dibangun sebagai wadah untuk membentuk karakter murid menjadi pribadi yang berkrkter religius, pancasilais dan menjunjung tinggi adab, adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat. 

Foto : Kegiatan rutin imtaq murid SMP Negeri 1 Kota Bima. 20/10/2023 (doc.humas)

Kegiatan yang menghadirkan Ustadz Muhammad Said, S.Pd.I sebagai penceramah berjalan mulai pukul 07.15-08.10 wita. Dalam tausyiahnya, Ustadz Muhammad Said mengangkat  topik “Setiap Sesuatu Diciptakan dengan Berpasang-pasangan.” Dikatakannya, apa saja yang ada di langit, di bumi atau di antara keduanya, Allah ciptakan dengan berpasang-pasangan. Ada atas  dan bawah, muka dan belakang, tinggi dan rendah, panjang dan pendek, laki dan perempuan, baik dan buruk, hina dan mulia, miskin dan kaya, besar dan kecil, siang dan malam, gelap dan terang.

 Foto : Kegiatan rutin imtaq murid SMP Negeri 1 Kota Bima. 20/10/2023 (doc.humas)

Ustadz Said memaparkan bahwa kehidupan yang berpasang-pasangan di alam  semesta merupakan sunnah Allah. Tetapi kehidupan berpasangan itu memiliki peraturan yang tidak boleh dilanggar. Seperti halnya manusia, ketika ada niat untuk hidup berpasang-pasangan, maka harus memenuhi syarat dan mengikuti peraturan cara hidup berpasangan yaitu melalui ikatan yang sah yang disebut dengan nikah. 

Bagi anak-anak yang usianya masih SD, SMP dan SMA tidak diperbolehkan untuk menjalin hubungan yang mengarah pada pernikahan, karena usianya masih di bawah umur. Jika terjadi karena terpaksa, maka itulah yang disebut dengan pernikahan dini yaitu pernikahan di usia dini. Oleh karena itu, lanjutnya, anak-anak tidak boleh menjalin hubungan dengan lawan jenis seperti yang dikenal dengan istilah ‘pacaran’. Dalam Islam tidak dikenal istilah ‘pacaran’. Karena pacaran sesungguhnya merupakan suatu hubungan yang dapat merugikan diri sendiri, masa depan, keluarga dan merusak nama baik keluarga. 

Menjalin hubungan pacaran di samping merusak kosentrasi belajar, semangat belajar, juga dapat membangun dan memicu terbentuknya energi negatif dalam jiwa. Akibatnya, pacaran dapat merusak  mata, pendengaran, pikiran, jiwa dan mental. Dalam hidup, telah ada 2 pilihan, yaitu menjadi pendosa yang dipenuhi dengan kemaksyiatan dan kehinaan dan pilihan menjadi orang taqwa dan mulia. “Sekarang kalian memilih yang mana? Memilih hidup penuh dosa atau menjadi orang mulia?” Tanya Ustadz disambut riuh jawaban siswa: “Menjadi orang mulia, ustadz!”  (humas)