Dialog Al-Qur’an dengan Penjaganya, “Ketika Al-Qur’an Hidup di Hati Anak-anak Kita”

Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia sebagaimana diutarakan dari Anas bin Malik  bahwa Rasulullah bersabda:


“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli al-Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan hamba pilihan-Nya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Siapakah keluarga Allah itu? Mereka, kata Imam Al-Manawi adalah para penghafal al-Qur’an yang mengamalkannya. Mereka disebut sebagai kekasih Allah yang dikhususkan dari kalangan manusia sebagai bentuk penghormatan kepada mereka seperti penamaan Baitullah (rumah Allah).

Sementara menurut Imam At-Tirmizi dalam Faidhul Qadir, mereka adalah para pembaca yang telah membersihkan hatinya dari sifat lalai dan menghindari dosa. Mereka membersihkan dirinya dari dosa yang tampak maupun yang tersembunyi, lalu menghiasi dirinya dengan ketaatan.

Menjadi ahli al-Quran tak cukup hanya membacanya, namun ia harus mengamalkan dan menghormati hukum-hukumnya, serta berakhlak dengannya.

Di suatu sore yang tenang, terdengar lantunan ayat-ayat suci menggema dari sebuah mushalla kecil di sudut sekolah. Anak-anak duduk melingkar, mushaf Al-Qur’an terbuka di depan mereka, bibir kecil mereka melafalkan kalimat penuh cahaya. Seolah-olah Al-Qur’an tengah berdialog dengan para penjaganya — para penghafal muda yang menanamkan kalam Ilahi ke dalam hati mereka.

“Wahai penjagaku,” seolah Al-Qur’an berbisik lembut, “Apakah engkau hanya membaca suaraku, ataukah juga memahami maknaku?”

Anak itu berhenti sejenak. Ia menatap huruf-huruf hijaiyah di hadapannya, menyadari bahwa menjaga Al-Qur’an bukan hanya tentang hafalan, tapi juga tentang mengamalkan setiap ajarannya dalam kehidupan.

“Aku akan menjagamu dengan amalanku,” jawabnya dalam hati, “agar engkau bersinar dalam hidupku.”

Senyum kecil muncul di wajahnya saat kembali membaca. Setiap ayat yang keluar dari lisannya menjadi cahaya yang menuntun langkahnya menuju kebaikan.

Di antara mereka ada yang baru bisa membaca iqra’, ada yang sedang menyempurnakan tajwid, dan ada pula yang mulai menghafal surah demi surah. Namun satu hal yang sama: mereka semua adalah penjaga kalam Allah, penjaga yang akan membawa cahaya Al-Qur’an ke masa depan.

Ketika bacaan mereka selesai, guru pembimbing menutup dengan doa:

“Ya Allah, jadikan anak-anak ini generasi cinta Al-Qur’an, yang tidak hanya fasih membacanya, tapi juga hidup dalam ajarannya.”

Dan di balik senyum lelah, Al-Qur’an tersenyum pula — karena para penjaganya terus tumbuh, menjaga kemuliaannya di setiap generasi.

 

DIALOG AL-QURAN DAN PENGHAFALNYA DI AKHIRAT

Para penghafal al-Qur’an memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah. Selain diakui sebagai keluarga Allah dari kalangan manusia, Rasulullah juga banyak menjelaskan dialog yang terjadi di akhirat baik antara malaikan dan penghafal al-Qur’an atau antara al-Qur’an dan penghafalnya. Hal ini untuk menunjukkan tingginya kedudukan para hafidz al-Quran di surga.

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


“Ditawarkan kepada penghafal al-Quran, “Baca dan naiklah ke tingkat berikutnya. Baca dengan tartil sebagaimana dulu kamu mentartilkan al-Quran ketika di dunia. Karena kedudukanmu di surga setingkat dengan banyaknya ayat yang kamu hafal.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi dishahihkan al-Albani)

Dalam hadits yang lain, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


“Al-Quran akan datang pada hari kiamat, lalu dia berkata, “Ya Allah, berikan dia perhiasan.” Lalu Allah berikan seorang hafidz al-Quran mahkota kemuliaan. Al-Quran meminta lagi, “Ya Allah, tambahkan untuknya.” Lalu dia diberi pakaian perhiasan kemuliaan. Kemudian dia minta lagi, “Ya Allah, ridhai dia.” Allah-pun meridhainya. Lalu dikatakan kepada hafidz quran, “Bacalah dan naiklah, akan ditambahkan untukmu pahala dari setiap ayat yang kamu baca. (HR. Tirmidzi).

Adapun bagi orang tua yang memiliki anak penghafal al-Qur’an, Rasulullah menyebutkan dialog yang akan terjadi di akhirat dengan sabdanya,

Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


“Siapa yang menghafal al-Quran, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan al-Quran.” (HR. Hakim dan dihasankan al-Abani).

Semoga Allah menjadikan kita, anak-anak kita, keluarga kita para penghafal al-Qur’an sehingga mampu memberikan pakaian kemuliaan kepada kita, orang tua, serta keluarga kita. Wallahu a’lam. (fikri)

 

Sumber:

  • 1.      Majalah Ar-Risalah
  • 2.      ChatGpt