Siswa Kelas VII SMPN 1 Kota Bima Mahir Mendeskripsikan Benda di Rumah Menggunakan Bahasa Inggris

KOTA BIMA — Kemampuan berbahasa Inggris siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kota Bima patut diapresiasi. Dalam proyek pembelajaran bertema “My House”, para siswa menunjukkan kemahiran mereka dalam mendeskripsikan berbagai benda yang ada di ruangan rumah masing-masing menggunakan bahasa Inggris.

Proyek “Home Sweet Home”

Kegiatan ini merupakan bagian dari proyek “Home Sweet Home” yang diinisiasi oleh guru Bahasa Inggris, Ibu Lili Suryani, S.Pd. Tujuan dari proyek ini adalah untuk memperkuat penguasaan kosakata (vocabulary) fungsional siswa yang berkaitan dengan lingkungan sehari-hari, khususnya benda-benda di rumah.

Dalam pelaksanaannya, setiap siswa diminta memilih satu ruangan di rumah mereka, seperti kamar tidur (bedroom), dapur (kitchen), atau ruang tamu (living room). Mereka kemudian membuat daftar dan mendeskripsikan setidaknya sepuluh benda yang ada di ruangan tersebut, mulai dari yang sederhana seperti table, chair, bed, hingga benda yang lebih spesifik seperti refrigerator, blender, dan curtains.

Respons Positif dan Peningkatan Kepercayaan Diri

Kepala SMP Negeri 1 Kota Bima, Bapak Jufri, S.Pd, menyampaikan apresiasinya atas keberhasilan proyek tersebut.

“Kami sangat bangga dengan antusiasme dan hasil yang ditunjukkan oleh siswa. Metode pembelajaran yang mengaitkan materi dengan lingkungan personal seperti ini terbukti efektif. Anak-anak tidak hanya menghafal kata, tetapi juga memahami cara penggunaannya dalam konteks nyata,” ujarnya

Salah satu siswi, Rani Kayla Azahra dari kelas VII.10, mengaku sangat menikmati kegiatan tersebut.

“Awalnya saya kesulitan menghafal kosakata, tapi karena harus mendeskripsikan benda yang saya lihat setiap hari, jadi lebih mudah diingat. Sekarang saya tahu kalau bantal itu pillow dan lemari itu wardrobe,” tuturnya dengan senyum bangga.

Menjadi Model Pembelajaran Kontekstual

Proyek ini tidak hanya meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris siswa, tetapi juga menumbuhkan rasa percaya diri dan kreativitas mereka. Guru berharap kegiatan semacam ini dapat menjadi contoh bagi mata pelajaran lain dalam mengintegrasikan pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa, sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna dan menyenangkan.

(Lili Suryani)